Pages

Thursday, June 30, 2011

Ekspansi Ketiga Napalm Death


Walaupun siang dan sorenya Jakarta diguyur hujan yang lumayan lebat, untung saja malamnya terang. Setelah pulang kantor, saya langsung saja merapat ke Bulungan outdoor. Karena malam ini adalah ketiga kalinya The God Father of Grindcore menggerinda Indonesia. Sebuah momentum yang sangat sayang untuk dilewatkan.

Setelah tahun 2005 dan 2007 lalu, kali ini Lian Mipro sebagai promotor kembali mendatangkan Napalm Death ke Indonesia. Kali ini dengan judul '3rd Grinding Indonesia 2011', Napalm Death kembali mencambuk Indonesia dengan distorsinya. Kemarin malam, Selasa 28 Juni 2011, tepatnya di Bulungan Outdoor, Napalm Death menumpahkan amunisinya kembali. Walaupun tidak seramai konser Dying Fetus lalu, namun Bulungan Outdoor lumayan rapat malam itu.

Konser kali ini tanpa band pembuka satu pun, Napalm Death langsung manghajar massa dengan distorsi tinggi. Massa pun mulai merangsek ke depan, atraksi di moshpit pun mulai tercipta, dari crowd surfing hingga headbanging pun terlihat. Setiap beberapa lagu, Barney menyampaikan beberapa pemikiran politisnya kepada penonton. Banyak lagu lama yang dibawakan, dari album Scum, Harmony Corruption, hinga album barunya Time Waits For No Slave. Dan juga sempat mengcover lagu dari Dead Kenedy's, Nazi Punk Fuck Off.

Dari sound dan tata cahaya sangat maksimal. Belum lagi tensi kebrutalan para penonton yang moshing memanaskan suasana malam itu, benar-benar malam yang yang menggila. Akhirnya sekitar total satu jam, Napalm Death menyudahi perform mereka, ditutup oleh dua lagu encore, diantaranya Suffer The Children. Walaupun sedikit gantung, karena terasa sangat cepat penampilan mereka, namun harus direlakan nampaknya. Dengan konser ini, Napalm Death masih dapat membuktikan cakarnya di belantika musik bawah tanah sebagai pionir legenda grindcore dunia.

Berikut sedikit foto-fotonya dibawah. Semoga berkenan! :D












Maaf, gigs kali ini tidak sempat merekam videonya. Foto-foto dengan personel Napalm Death pun hanya dapat seadanya. Itu juga pake acara gak sengaja kejilat rambutnya, waktu lagi ngantri rame-rame rebutan foto. Yang menjadi korban malam itu adalah sang gitaris, Mitch Harris. Berikut fotonya dibawah. Doi langsung majuin kepalanya gitu. Eh, gak penting banget yah? #eaaa


Wednesday, June 15, 2011

Merapat di FixedFest 2011


Setelah disempat-sempatkan merapat di acara ini, akhirnya hadir di waktu menjelang siang, dengan cara gowes dari rumah ke SCBD Sudirman. Walaupun sepeda saya sepertinya menjadi folding bike satu-satunya di acara FixedFest 2011 ini, namun tidak masalah. Selama masih bannya masih bundar, serta sama-sama di gowes pake tenaga manusia, mari kita bergabung. Berikut liputan seadanya dibawah. Salam gowes! \m/

Tahun ini, Rocket Company kembali menyuguhkan acara sepeda fixed gear terbesar di Indonesia. Setelah pada sekitar Juli 2010 mereka terakhir mengadakannya. Kali ini mengusung dengan acara Britama FixedFest 2011, pada hari Sabtu tanggal 11 Juni 2011 kemarin, bertempat di parkiran Automall SCBD, Sudirman. Yang menarik FixedFest 2011 dimeriahkan oleh para profesional player dari luar negeri, seperti Emi Brown, Michael Chacon, Chas Christiansen, Matt Spencer, Patrick Thames, dan Terrence Patrick.

Pada hari itu area SCBD benar-benar penuh sepeda fixed gear. Mungkin lebih dari 1000 lebih pengendara fixed gear dari berbagai komunitas hadir disana. Banyak acara seru pun di gelar, beberapa diantaranya : Alley Cat, Mini Race, Gold Sprint, Estafet Race, Trick Battle, Long Skid, dan Polo Bike Exhibition. Dan juga diramaikan dari pertunjukan film, Live Music, Bike Market, hingga Bike Porn Exhibition. Banyak pula peserta banyak yang hadir dari luar kota, seperti Bandung, Jogja, Semarang, Surabaya, hingga Makassar. Terlihat pula beberapa wartawan asing dari Jepang, Malaysia, Singapura, dan Australia.

Benar-benar acara yang sukses dan tertib. Sangat ditunggu acara serupa di Indonesia. Apalagi menggalahkan tema go green seperti ini, mengajak masyarakat lebih menghargai lingkungannya. Seperti pada tema acara FixedFest 2011 ini yaitu : Respect Go Fixed Go Green!

Beberapa foto dapat dilihat dibawah ini! :D













Tuesday, June 14, 2011

The Cove: Pembelaan Terhadap Lumba-Lumba


Directed : Louie Psihoyos
Produced :  Fisher Stevens & Paula DuPre Pesmen

Sebenarnya sudah menontonnya lebih dari setahun lalu. Artikel pun sudah dibuat beberapa bulan lalu, namun gak pernah sempat selesai. Akhirnya coba diteruskan pembahasannya beberapa hari terakhir. Lumayan buat nambahin postingan di blog ngasal ini, maklum udah sebulan lebih belum sempat posting lagi.

The Cove merupakan film dokumenter yang sangat bagus, yang sayang untuk di lewatkan. Dengan total 1 jam 30 menit, berisi tentang wawancara, dan beberapa aksi seru yang direkam secara real. Film alternatif, lumayan buat mengisi luang diantara gempuran film-film fiktif di layar lebar kebanyakan.

Konsep Dan Cerita

Pada di sebuah tempat di Jepang, tepatnya di wilayah Taiji, Wikayama. Tiap tahunnya sekitar 20.000 lumba-lumba dibantai secara brutal atas nama tradisi, yang kemudian dagingnya dijual dan di konsumsi. Oleh karena itu, sang sutradara Louie Psihoyos bersama Richard O'Barry dan beberapa aktivis lainnya mencoba mendokumentasikan kejadian tersebut, dengan tujuan agar dapat disebarluaskan kepada dunia agar membantu menghentikan tradisi itu. Namun dengan tentangan kuat masyarakat nelayan Taiji, dan tekanan intel-intel Jepang menjadikannya tidak mudah. Dengan adannya hal seperti ini, Ric O'Barry dan aktivis lainnya memikirkan sebuat cara yang brilian untuk mengelabui dan mengatasinya. Untuk lebih jelasnya mungkin harus menontonnya secara langsung.

Documentary Action Thriller

Mungkin ini salah satu hal yang membedakan dengan film dokumenter lainnya. Yaitu memadukan unsur aksi dan unsur indentifikasi ala detektif, membuat plot dan perjalanan cerita menjadi seru dan menegangkan. Melarikan diri dari kejaran intel, pengintaian pun dilakukan di tengah malam buta, melewati pagar-pagar kawat berduri,memanjat tebing-tebing curam di sekitar perairan Taiji. Serta Membuat kamera khusus yang menyerupai tekstur batu, dan penggunaan kamera night vision dan kamera bawah air berteknologi tinggi.

Kontroversi Dan Dampak Film

Di penghujung film disertakan footage tentang pembantaian lumba-lumba yang berhasil di dokumentasikan. Bagaimana rasanya menonton tradisi brutal tersebut secara langsung? Pastinya cukup terkejut, sedih, sekaligus miris dan menegangkan. Hal inilah yang membuat para Deputi Perikanan Jepang geram, merasa kecolongan. Dampak yang sangat luar biasa, beberapa penjabat dipecat, dan program konsumsi daging lumba-lumba di sekolah dasar wilayah Taiji pun dihentikan.

Menurut saya, The Cove merupakan film dokumenter shock therapy pada dunia. Tentang keganasan nelayan-nelayan di salah satu sudut di Jepang. Di ekspos secara terang-terangan di film ini. Cukup kontroversi, walaupun tidak sebrutal Earthlings, tapi pesannya tetap kena ke penonton. Sudah dapat dipastikan meraup total lebih dari 20 penghargaan dari berbagai festival film dunia. Salut!

Dibawah ini merupakan trailernya yang versi Jepang, lebih lengkap. Selamat menikmati! :D



Link Website : http://www.thecovemovie.com/